Palestin Adalah Masalah Utama Umat Islam
Tidak ada tanah yang lebih bergolak selain daripada Palestin. Sejarah Palestin adalah sejarah panjang peperangan. Palestin adalah pusat tiga agama dan peradaban besar: Islam, Kristian, dan Yahudi. Ketiga-tiganya saling mempertahankan kewujudannya di atas tanah suci ini. Inilah tempat bertemunya bangsa-bangsa di satu titik konflik dalam jangka waktu yang sangat panjang. Tapi satu perkara yang pasti, Palestin bukanlah tanah kosong tanpa bangsa (the land without nation), bukan pula milik Zionis Israel, sebuah bangsa yang tidak memiliki tanah (the nation without land).
Bagi umat Islam Palestin, adalah masalah utama kerana Palestin merupakan tanah waqaf umat Islam. Di sana terdapat Al-Masjid Al-Aqsha, tempat para nabi dan rasul, tempat Isra’ Rasulullah saw., dan tempat yang sangat diberkati Allah swt.
Palestin dalam Perspektif Syari’ah
Palestin yang di dalamnya terdapat Al-Quds adalah tanah waqaf umat Islam, yang telah mereka warisi sejak lebih dari 6000 tahun. Hal ini kerana Nabi Ibrahim a.s. bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula Nasrani, tetapi seorang yang hanif dan muslim; dan beliau tidak musyrik pada Allah. [Ali Imran (3): 67].
Dari ayat tersebut sangat jelas disebutkan bahawa Palestin adalah warisan ideologis, bukan warisan genetis. Masuknya Musa ke tanah Palestin bukan kerana nenek moyangnya orang Palestin, melainkan perintah keimanan dari Allah swt.
Musa berkata, “Hai kaumku, masuklah ke Tanah Suci (Palestin) yang telah ditentukan bagimu (selagi mana kamu beriman). Dan janganlah kamu lari ke belakang (kerana takut kepada musuh), maka kamu akan menjadi orang-orang yang merugi.” [Al-Maidah (5): 21].
Dari sudut pandangan ideologis, bangsa mana pun berhak atas Palestin selagi mana mereka memiliki akar ideologi yang sama dengan ideologi yang diimani Musa juga nenek moyangnya Ibrahim.
“Katakanlah, kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, dan anak cucunya; dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, serta apa-apa yang diberikan kepada nabi-nabi dan Tuhannya.” [Al-Baqarah (2): 136].
Kerana itu, Zionis Israel Yahudi tidak memiliki hak waris atas tanah Palestin, baik dari Ibrahim, Musa, atau Ya’kub (Israel) yang merupakan nenek moyang mereka. Sebab, Palestin adalah warisan keimanan; dan Zionis Israel Yahudi saat ini berada dalam ruang keimanan yang berbeza, bahkan bertentangan dengan pendahulu mereka.
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’kub. “Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk Islam.” [Al-Baqarah (2): 132].
Bahkan, lebih tegas lagi pernyataan putusnya hubungan (bara’ah) dengan orang-orang yang tidak satu jalan keimanan dinyatakan oleh Musa ketika terjadi pembangkangan dari bangsa Israel.
“Berkata Musa, ‘Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara aku dan orang-orang yang fasik itu’.” [Al-Maidah (5): 25].
Dari sudut pandang keimanan, Palestin adalah warisan Islam. Bukan warisan tiga agama dan peradaban; Islam, Kristen, serta Yahudi yang sering disebutkan mempunyai akar yang sama, yaitu agama Ibrahim. Sebab, Ibrahim hanya memiliki satu agama, agama Islam.
“Ataukah kalian, (orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahawa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’kub dan anak cucunya adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah, apakah kalian yang lebih mengetahui atau Allah?” [Al-Baqarah (2): 140].
“Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula Nashrani, tetapi seorang yang hanif dan muslim dan dia tidak musyrik pada Allah.” [Ali Imran (3): 67].
Palestin dalam Perspektif SejarahDilihat dari sudut pandang sejarah, Zionis Israel Yahudi tidak memiliki akar sejarah sebagai penduduk asli Palestin. Kedatangan mereka ke tanah Palestin pada permulaan akhir zaman sebelum lahirnya Isa bin Maryam sampai permulaan masehi bukanlah sebagai pemilik, tetapi sebagai imigran dari Mesir. Begitu juga kedatangan mereka ke tanah Palestin saat ini yang berujung pada kolonialisasi. Sebelum masuknya bangsa Israel, Palestin telah dihuni oleh bangsa Kanaan yang merupakan nenek moyang bangsa Arab Palestin saat ini. Ini disebutkan dalam Kitab Bilangan XIII ayat 17-18, “Maka Musa menyuruh mereka mengintai tanah Kanaan… dan mengamat-amati keadaaan negeri itu; apakah bangsa yang mendiaminya kuat atau lemah, apakah mereka sedikit atau banyak.”
Pernyataan serupa juga diceritakan dalam Al-Qur’an. Bahkan Al-Qur’an menyebutkan bahwa bangsa Israel itu tidak layak atas tanah Palestin kerana perilaku mereka sendiri.
Musa berkata, “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestin) yang telah ditentukan bagimu (selagi mana kamu beriman). Dan janganlah kamu lari ke belakang (kerana takut kepada musuh), maka kamu akan menjadi orang-orang yang merugi”. Mereka berkata, “Hai Musa, sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa (bangsa kanaan). Sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar. Jika mereka keluar, pasti kami akan memasukinya.” Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut kepada Allah yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya, “Serbulah mereka melalui pintu gerbang kota ini. Maka bila kamu memasukinya, nescaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal jika kamu benar-benar beriman.” Mereka berkata, “Hai Musa, sekali-kali kami tidak akan memasukinya selamanya selagi mereka ada di dalamnya. kerana itu, pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya akan duduk menanti di sini saja.” Berkata Musa, “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara aku dan orang-orang yang fasik itu.” Allah berfirman (jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun. Lalu, selama itu mereka berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu, maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang fasik itu. [Al-Maidah (5): 21-26].
Dalam sejarah Palestin, negeri itu pernah jatuh ke tangan Bangsa Israel pada permulaan Masehi. Pertempuran mereka dengan penduduk asli Palestin tercatat dalam kitab Samuel I, bab 13 dan 14 yang mengisahkan strategi Saul dan Yonatan yang menyerbu Michmas. “… Orang Filistin berkemah di Micmash… dan di antara pelintasan bukit-bukit yang dicuba Yonatan menyeberanginya ke arah pasukan pengawal Filistin … dan kekalahan yang ditimbulkan Yonatan dan pembawa senjatanya, besarnya kira-kira dua puluh orang dalam jarak kira-kira setengah alur dari pembajakan ladang.”
Namun, pada tahun 70 Masihi, kekuasan bangsa Israel itu runtuh seiring kematian Herodes dan masuknya kekuatan Romawi menguasai seluruh Palestin. Sejak itu bangsa Israel menjadi bangsa yang tidak memiliki tanah air dan tersebar di berbagai negara sampai mereka melakukan kolonialisasi kembali atas Palestin pada tahun 1967. (Richard Deason. Dinas Rahasia Israel, Jakarta, Yayasan Widya Pustaka: 1986, hal 3-4). Sementara itu, tanah Palestin menjadi tanah wakaf umat Islam pada masa pemerintahan Umar bin Khattab pada abad 7M setelah Romawi ditaklukkan tentera Islam.
Dalam hukum antarabangsa dinyatakan bahawa yang berdaulat atas suatu wilayah adalah mereka yang pertama kali mendiami wilayah tersebut dan menunjukkan bukti kewujudan mereka atas wilayah tersebut berupa aktiviti dan bukti-bukti fizikal yang menunjukkan kedaulatan mereka atas wilayah tersebut. kerana itu, bangsa Kanaan yang merupakan nenek moyang Arab Palestin saat ini adalah pemilik sah tanah Palestin.
Keistimewaan Palestin (Al Quds) di Mata Umat Islam
Umat Islam memandang Palestin sesuai dengan pandangan ajaran Islam dan sejarahnya yang sangat panjang. Palestin adalah bumi para nabi di mana mereka mengajarkan risalah tauhid kepada umatnya. Tidak ada sejengkal tanah di Palestin, kecuali di sana ada nabi yang menyembah pada Allah dan menyampaikan ajarannya kepada umat. Dari mulai Nabi Ibrahim a.s. dan keturunannya Nabi Ishak a.s., Ya’qub a.s., Yusuf a.s. dan saudara-saudaranya. Kemudian Nabi Daud a.s. dan Sulaiman a.s. Seterusnya, Nabi Musa a.s., Harun a.s., Zakariya a.s., Yahya a.s., dan Isa a.s.
Palestin – di mana masjidil Aqsha ada di sana – merupakan kiblat pertama umat Islam. Ini adalah penghormatan Islam pada Palestin yang memiliki sejarah panjang tempat para nabi dan tempat turunnya wahyu. Rasulullah saw. dan sahabatnya pernah shalat menghadap Al-Masjid Al-Aqsha selama kira-kira 16 bulan. Kemudian Allah swt. mengubah kiblat umat Islam ke Masjidil Haram. Dan perubahan itu diabadikan Al-Qur’an. Perpindahan kiblat ini sendiri memiliki banyak hikmah yang dirasakan umat Islam sampai sekarang.
Allah memuliakan Palestin dengan Al-Masjid Al-Aqsha. Masjid ini disamping kiblat pertama umat Islam, juga masjid kedua yang dimuliakan Allah swt. dan tanah suci ketiga setelah Makkah dan Madinah. Rasulullah saw. bersabda, “Kamu tidak boleh mempersiapkan untuk melakukan perjalanan ziarah, kecuali pada tiga masjid; Al-Masjid Al-Haram, Masjid Rasul saw. dan Al-Masjid Al-Aqsa.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Di Masjid Al-Aqsha ini pula Rasulullah saw. melakukan isra’ dan di sini baginda memimpin shalat bagi para nabi dan rasul – suatu simbol bahwa Rasulullah saw. adalah pemimpin mereka. Kemudian dari Masjid Al-Aqsha, Rasulullah saw. melanjutkan perjalanannya menuju Sidratil Muntaha untuk menerina kewajiban yang paling agung, yaitu shalat lima waktu.
Disamping tempat ini disucikan oleh Allah swt., tempat ini juga tempat yang diberkati oleh Allah swt. Keberkahan dari nilai-nilai spiritual kerana para nabi menyampaikan risalah di tempat ini, dan keberkahan material kerana kekayaan alam, kesuburan, dan letaknya yang sangat strategik serta alamnya yang indah. “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjid Al-Haram menuju Al-Masjid Al-Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya.” [Al-Israa (17): 1].
Demikianlah keistimewaan Al-Masjid Al-Aqsa, Baitul Maqdis, Al-Quds di Palestin ini. Maka sudah merupakan kewajiban seluruh umat Islam, bahkan seluruh manusia untuk menjaga dan menyelamatkannya dari berbagai macam penjajahan bangsa-bangsa yang terkutuk, utamanya bangsa Yahudi.
Kewajiban Umat Islam terhadap Palestin1. Memahami Keadaan dan Permasalahan Palestin
Kewajiban pertama yang paling asas bagi seorang muslim adalah memahami akar kepada masalah Palestin (Al-Quds) bahawa masalah Palestin adalah masalah umat Islam. Perebutan kekuasaan yang terjadi di tanah suci itu bukan perebutan antara dua bangsa, Arab dan Israel. Tetapi, perang antara Islam dan Zionis Yahudi.
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” [Al-Maidah (5): 82].
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin berperang dengan yahudi. Maka kaum muslimin membunuh mereka sampai ada seorang yahudi bersembunyi di belakang batu-batuan dan pohon-pohonan. Dan berkatalah batu dan pohon, wahai muslim, wahai hamba Allah, ini yahudi di belakangku, kemari dan bunuhlah ia; kecuali pohon gorqhod kerana ia adalah pohon yahudi.” (HR Muslim).
Masalah Palestin bukan hanya masalah bangsa Palestin dan bangsa Arab saja. Tetapi masalah seluruh umat Islam, bahkan masalah kemanusiaan secara keseluruhan. Atas dasar pandangan akidah inilah seluruh umat Islam wajib memahami kondisi dan permasalahan Palestin.
2. Menyebarluaskan Tentang Keadaan dan Permasalahan Palestin kepada Masyarakat
Setelah memahami permasalahan dan keadaan Palestin, maka mereka harus menyebarkan pemahaman ini kepada seluruh umat Islam. Masih ramai umat Islam yang belum memahami keadaan dan permasalahan Palestin. Hal ini terjadi kerana banyak sebab, di antaranya faktor lemahnya keimanan dan permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam itu sendiri di seluruh dunia.
Oleh kerana itu setiap individu yang mengaku muslim harus memahamkan pada umat Islam yang lain di seluruh dunia bahawa masalah Palestin adalah masalah utama umat, dan masa depan umat akan sangat terkait dengan perjuangannya terhadap Palestin. Bahawa di Palestin ada Al-Masjid Al-Aqsa kiblat pertama umat Islam yang sedang terancam. Bahawa Rasulullah saw. memimpin shalat berjama’ah yang diikuti oleh para nabi dan rasul pada peristiwa Isra’ yang merupakan pewarisan tanah Palestin pada umat Islam. Bahawa Umar bin Khattab r.a. menerima penyerahan kunci langsung Kota Palestin (Al-Quds).
3. Jihad dengan HartaKewajiban seterusnya bagi umat Islam adalah berjihad dengan harta mereka. Umat Islam harus menyisihkan sebagian rezekinya minimal 1% untuk perjuangan Palestin. kerana jihad di Palestin sangat memerlukan kepada harta. Dan di sana juga ramai janda, anak yatim, anak sekolah, mahasiswa, orang yang kehilangan rumah dan pekerjaan akibat konflik dan perang yang belum diketahui akhirnya. Semua itu sangat memerlukan uluran tangan umat Islam lainnya yang mampu.
4. Jihad dengan Jiwa
Terdapat perbezaan mendasar dalam sifat peperangan di Palestin. Bila perang di Palestin dinyatakan sebagai perang antara dua bangsa atau dua negara, maka tidak boleh ada keterlibatan pihak lain di luar dua pihak yang bertikai tanpa ada permintaan untuk terlibat dari salah satu pihak yang berperang. Keterlibatan tanpa ada permintaan untuk terlibat berarti pelanggaran kedaulatan sebuah negara yang bertentangan dengan hukum antarabangsa. Kenyataan yang terjadi adalah bahawa peperangan di Palestin adalah peperangan agama antara Islam dan Yahudi yang mengundang keterlibatan semua umat Islam dan kaum Yahudi di seluruh dunia, di setiap bangsa dan negara mana pun. Maka, hukum perang di Palestin adalah jihad fii sabiilillah yang diwajibkan ke atas setiap umat Islam di seluruh dunia sesuai dengan kondisi mereka di setiap tempat.
“Diwajibkan atas kamu berperang sedangkan kalian membencinya. Barangkali kamu membenci sesuatu, tetapi itu baik bagi kamu. Dan barangkali kamu menyukai sesuatu sedangkan itu buruk bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.” [Al-Baqarah (2): 216]
“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.” [At-Taubah (9): 44]
Palestin adalah tanah waqaf umat Islam yang harus dipertahankan sampai bila-bila. Pembelaan kita terhadap Palestin bukan kerana mereka orang-orang Arab, melainkan kerana mereka adalah muslim dan kerana Palestin adalah salah satu dari tiga tempat suci umat Islam yang dimuliakan Allah. Kerana itu, permasalahan Palestin harus dijadikan perhatian utama umat Islam.
5. Doa
Dan kewajiban yang paling minimal yang harus terus dilakukan oleh setiap umat Islam adalah berdoa. Doa orang beriman kepada saudaranya tanpa sepengetahuan mereka adalah maqbul......
No comments:
Post a Comment